"Kebanggan kita yang terbesar bukan karena tidak pernah gagal, namun bangkit kembali setiap kita jatuh" (Confusius)

Wednesday, December 5, 2012

Sinopsis Novel Negeri 5 Menara



Alif Fikri adalah remaja kelahiran Banyur, Bukittinggi yang semasa kecilnya hobi berburu durian runtuh bersama ayahnya dan bermain bola di sawah berlumpur. Setelah lulus dari Madrasah ia ingin melanjutkan pendidikannya ke SMA Bukittinggi. Tetapi idenya justru bertentangan dengan pendapat amaknya yang menginginkan Alif untuk tetap bersekolah di sekolah agama. Alif bimbang.

Surat pun datang dari Pak Etek Gindo, paman Alif. Dia menyarankan Alif untuk mencoba bersekolah agama di tempat yang dulunya pernah menjadi tempat sekolah bagi Pak Etek Gindo. Tetapi Alif masih sangat asing dengan tempat itu. Dengan setengah hati Alif daintarkan oleh ayahnya pergi ke pulau seberang untuk belajar di Pondok Madani, Jawa Timur. 

Justru disinilah dia mulai megnerti makna hidup yang sebenarnya. Di hari kedatangan mereka ke PM, Alif dan ayahnya, dan juga peserta didik baru yang lain diajak untuk ikut mengelilingi beberapa tempat di PM.

Di hari pertama pembelajaran, Alif diberikan sebuah kalimat, lebih dari sebuah kumpulan kata-kata, yang nantinya akan menjadi kompas kehidupan mereka. Man Jadda Wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil! Dia mengagumi kebudayaan di PM yang mengharuskan setiap penduduk PM untuk berbicara hanya dengan menggunakan bahasa arab atau inggris, tidak dengan bahasa yang lain. Apabila ketahuan melanggar, maka hukumannya adalah menjadi jasus atau mata-mata. Siapa yang menjadi jasus, mereka harus mencari pelanggar lain di PM, lalu dilaporkan kepada mahkamah. Itu pula yang pernah dirasakan Alif ketika menjadi jasus.

Di PM, Alif bertemu dan berteman baik dengan Raja Lubis dari Medan, Atang dari Bandung, Said Jufri dari Surabaya, Baso dari Gowa dan Dulmajid dari Madura. Mereka berenam kerap berkumpul di menara samping masjid. Maka dari itu mereka sering disebut Sahibul Menara, orang yang punya menara. Di bawah menara PM pula mereka berangan-angan akan suatu benua impian, benua yang entah bagaimana caranya bisa mereka raih. Alif melihat awan-awan itu bagaikan sebuah Benua Amerika, sedangkan Raja melihatnya sebagai Benua Eropa, Atang melihatnya Benua Asia dan Baso melihat itu semua sebagai Benua Afrika. Sedangkan Said dan Dulmajid melihatnya sebagai negara Indonesia.

Meskipun bahagia berada di PM, Alif tidak bisa menyembunyikan rasa irinya kepada Randai, sparring partner-nya sekaligus sahabatnya yang berada di ITB. Bahkan Alif memiliki gagasan untuk keluar dari PM dan mengikuti ujian persamaan agar dapat masuk ITB. Pikirannya makin kacau ketika harus merelakan Baso untuk pulang kampung ke Gowa. Alif semakin resah.

Mereka tidak tahu akan menjadi apa kelak. Yang mereka tahu hanyalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Sungguh Tuhan Maha Mendengar.

Man Shabara Zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tetapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.

Ditulis Oleh : Unknown // 10:37 AM
Kategori:

0 komentar:

Post a Comment

 

Blog Kawanku

  • *Oleh Kurnia Putri Utomo ( +kurnia putri utomo )* Sabtu, 1 Agustus 2015 pada pukul 05.30 tepat saya mengendarai motor bebek menuju ke warung nasi pecel yan...

Followers

Booo !! Buahahahaha It's Me Vaiz. Powered by Blogger.